Monday 25 May 2015

Sedekah Rombongan, Dampingi Warga Sakit Hingga Pulih

Sedekah Rombongan

POJOKSATU.id, SURABAYA – Namanya juga ayah, apa saja akan dilakukan demi anaknya. Rasa takut yang sedang berkecamuk dia empaskan seketika. 

Membayangkan kemungkinan buruk juga dia buang jauh-jauh. Tujuannya satu. Putrinya survive saat menghadapi operasi pengangkatan tumor di mata kanannya. ’’Jika sudah sembuh, dia sangat ingin bersekolah,’’ ucap Miswadi lirih.

Pagi itu (21/5) Miswadi sedang duduk di teras salah satu rumah di Jalan Klampis Asem, Surabaya. Dia tidak sendiri. Putrinya, Helmiatus Sholeha, berada di sampingnya. Sesekali, Mia –sapaan Helmiatus– menggoda sang ayah. Bergelayut, minta dipangku. ’’Sini, tapi anteng (diam),’’ kata Miswadi sembari membopong Mia ke pangkuannya.

Rumah sederhana tersebut bukan milik Miswadi. Itu adalah rumah singgah Sedekah Rombongan (SR), salah satu komunitas di Kota Pahlawan yang bergerak di bidang sosial. Miswadi hanya tinggal sementara hingga kondisi putrinya membaik.

Saat itu, suasana rumah singgah SR sangat ramai. Sebab, bukan hanya Miswadi dan Mia yang tinggal di sana. Ada lima pasien lain yang juga menunggu giliran untuk mendapat pengobatan gratis yang diberikan SR.

Sebagai komunitas yang bergerak di bidang sosial, menolong kaum duafa yang mengidap penyakit kronis menjadi aktivitas sehari-hari SR. Kegiatan mereka adalah mencari pasien, menjemput pasien, dan mengantarkan mereka ke rumah sakit rujukan.

Aryo menjelaskan, biasanya, para kurir menerima informasi pasien melalui media sosial. Namun, ada juga informasi yang mereka dapat dari kerabat dekat maupun lingkungan sekitar. Selanjutnya, kurir –sebutan relawan SR– akan menyurvei pasien tersebut. Jika memenuhi syarat, pasien langsung ditolong.

’’Kami akan membawanya ke rumah singgah dan mengantarnya ke rumah sakit. Jika harus operasi, akan kami tunggui. Masa pemulihan juga kami dampingi. Kalaupun meninggal, kami akan mengantarnya hingga ke pemakaman,’’ jelas Aryo.

Dia menambahkan, visi SR adalah mencari muka di depan Tuhan. Sementara itu, misinya adalah menyampaikan titipan dari langit tanpa sulit, rumit, dan berbelit-belit. Dengan misi itulah, SR banyak membantu kaum duafa yang menderita penyakit membahayakan. Aryo menyebutkan, hingga saat ini, sumbangan yang telah disalurkan SR mencapai Rp 26 miliar.

Sedekah di SR hanya mengandalkan tiga hal. Yakni, Twitter, trust, dan website. Seluruh info pasien di-upload di Twitter SR. Selanjutnya, sedekah akan dikirim lewat rekening bank. ’’Laporan pertanggungjawabannya kami upload di website SR,’’ ujar Aryo.

Aryo menuturkan, kali pertama SR berdiri di Jogjakarta pada 9 Juni 2011. Penggagasnya adalah Saptuari Sugiarto. Namun, lambat laun, SR mulai muncul di berbagai kota. Saat ini, di Indonesia ada sembilan rumah singgah SR. SR Surabaya sendiri baru berdiri pada awal 2013.

Total kurir di SR Surabaya mencapai 20 orang. Mereka memiliki background beragam. Ada yang berstatus mahasiswa, pengusaha, model, dan dokter. Bahkan, ada juga kurir SR yang dahulunya adalah pasien. Namun, bagi Aryo, background itu bukan hal yang penting lagi. Jika sudah di SR, mereka adalah kurir.

Aryo merupakan mahasiswa. Dia bergabung di SR pada pertengahan 2014. Saat ini, dia bertugas menangani pasien. Mulai mencarikan dokter rujukan, mengantar ke rumah sakit, hingga menemani pasien selama di rumah singgah. Meski berat, Aryo mengaku enjoy dengan aktivitasnya sebagai kurir di SR.

Aryo mengungkapkan, tekadnya menjadi kurir kian mantap kala bertemu dengan Sumadi, salah seorang yang pernah ditolong SR. Pria 34 tahun itu adalah pasien SR yang mengidap tumor mulut stadium akhir. Saat dibawa ke rumah singgah SR, kondisinya sangat mengenaskan. Tumor di mulutnya yang sudah sepanjang dada membuat dia kesulitan makan. Alhasil, Sumadi hanya bisa terbaring lemas.

’’Karena kondisinya kritis, dia langsung kami bawa ke rumah sakit. Dokter yang kami temui angkat tangan. Jika operasi dilakukan, kemungkinan selamat juga kecil,’’ jelas Aryo. Namun, lanjut dia, Sumadi tetap ingin dioperasi. Apa pun risikonya.

Selang empat hari setelah ditangani kurir SR, Sumadi dioperasi. ’’Dia masuk kamar operasi pukul 06.00. Kami tunggu sampai pukul 10.00 kok enggak keluar-keluar,’’ ujar Aryo. Aryo berinisiatif menelepon salah seorang kerabat untuk menyiapkan ambulans. ’’Saya sudah berpikir Sumadi tak bakal selamat. Biasanya, operasi tidak akan selama itu,’’ imbuhnya.

Namun, kehendak Tuhan adalah segalanya. Tepat pukul 18.00, dokter keluar dari kamar operasi dan berkata bahwa operasi pengangkatan tumor Sumadi berhasil. Bahkan, H plus 3 operasi, Sumadi sudah keluar dari ruang intensive care unit (ICU). ’’Seminggu setelahnya sudah bisa makan gorengan. Saat itu, mungkin saya diperingatkan Allah supaya tidak mendahului kehendak-Nya,’’ kata Aryo.

Dia berharap, ketika SR masih intens, bakal ada Sumadi yang lain. Artinya, mereka yang sakit bisa sembuh dengan mukjizat Tuhan. Kasus Sumadi mengajarkan untuk tidak boleh putus asa dalam menolong orang.

Perjalanan SR memang tidak selamanya mulus. Ketua SR Surabaya Shelgi Prasetyo mengungkapkan, pengalaman buruk yang pernah mereka alami adalah defisit sedekah. Oleh sebab itu, para kurir terpaksa patungan untuk pengobatan pasien. Meski begitu, Shelgy dan 20 kurir lain tidak kapok. ’’Yang terpenting bagi kami, mereka sembuh dan bisa beraktivitas normal,’’ tandasnya. (*/c6/ayi/zul)


No comments:

Post a Comment