Monday 18 May 2015

Penuhi Stok Lebaran, Pemerintah Izinkan Impor 29 Ribu Sapi Potong

 llustrasi

POJOKSATU.id, JAKARTA – Pemerintah kembali membuka izin impor 29 ribu sapi potong jelang Idul Fitri. Penambaha ini dilakukan guna mengantisipasi kekurangan selama masa puasa dan Lebaran.

“Untuk mengantisipasi kekurangan saat Lebaran, kita akan membuka izin impor untuk 29 ribu sapi siap potong. Diharapkan, saat puasa dan Lebaran nanti, (stok) daging sapi benar-benar dapat terjaga dengan harga yang stabil,” kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Partogi Pangaribuan di kantornya Senin (18/5) seperti dilansir Jawa Pos (grup Pojoksatu.id).

Rencananya, keran impor sapi siap potong itu mulai dibuka akhir Mei. Diperkirakan, daging sapi impor tersebut bisa datang mulai Ramadan hingga Lebaran. Partogi mengakui bahwa instrumen untuk meredam harga daging sapi menjelang Lebaran juga dilakukan sejak April lalu.
“Kami buka izin impor 250 ribu ekor sapi bakalan untuk kuota April sampai Juni (kuartal II),” terang Partogi.

Kuota impor sapi pada kuartal II ini naik tajam bila dibandingkan dengan kuartal I. Pemerintah hanya mengizinkan impor 100 ribu ekor sapi. Angka itu juga lebih rendah jika dibandingkan dengan kuota impor sapi pada periode sama tahun lalu yang mencapai 200 ribu ekor. “Izinnya keluar April lalu sehingga sekarang lagi penggemukan,” jelas dia.

Selain menyiapkan sapi bakalan dan sapi siap potong sebanyak ratusan ribu ekor, Kemendag tengah menggodok pemberian izin impor daging sapi beku untuk salah satu perusahaan BUMN.

“Kalau untuk angkanya, masih dibicarakan. Akan diberikan nanti. Yang pasti, ketiga (izin impor) ini diterbitkan untuk menghadapi puasa dan Lebaran,” tegasnya.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo menyatakan, pemerintah harus serius memikirkan cara untuk meningkatkan industri peternakan sapi dalam negeri. Apalagi, pemerintah berencana merealisasikan swasembada daging sapi dalam beberapa tahun mendatang. “Kalau presiden sudah bilang harus swasembada, seharusnya dilaksanakan,” ujar dia.

Agus menilai, budi daya sapi selama ini tidak berkembang mungkin karena ketidakseriusan pemerintah dan efektifnya lobi negara penghasil sapi seperti Australia agar Indonesia selalu bergantung pada sapi mereka. “Sangat terlihat ketidakseriusan pemerintah untuk membuat kebijakan publik yang menunjang terwujudnya swasembada daging sapi,” ungkapnya.
(wir/c14/agm/lya)

No comments:

Post a Comment